Usai Penobatan, Paus Leo XIV Bertemu Presiden Ukraina Zelensky: Simbol Diplomasi dan Harapan Perdamaian

Vatikan, Mei 2025pttogel Dalam momen bersejarah yang menyatukan spiritualitas dan geopolitik, Paus Leo XIV yang baru saja dinobatkan secara resmi sebagai pemimpin Gereja Katolik Roma, menggelar pertemuan diplomatik dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, di Vatikan. Pertemuan ini menjadi sorotan internasional, tidak hanya karena berlangsung sesaat setelah penobatan, tetapi juga karena dilangsungkan di tengah perang yang masih berkecamuk antara Ukraina dan Rusia.

Ini adalah salah satu audiensi kepala negara pertama yang diterima Paus Leo XIV setelah naik takhta menggantikan Paus Fransiskus, yang mengundurkan diri karena alasan kesehatan. Langkah ini menunjukkan bahwa isu perdamaian dan kemanusiaan tetap menjadi prioritas utama Vatikan, terutama dalam konteks konflik berkepanjangan yang telah menelan puluhan ribu korban jiwa dan memicu krisis pengungsi terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II.

baca juga: gaya-aktris-yang-diduga-diusir-dari-festival-cannes-karena-gaun-menerawang


Momen Hangat di Balik Dinding Vatikan

Dalam tayangan resmi yang dirilis Kantor Pers Vatikan, terlihat Paus Leo XIV menyambut Presiden Zelensky dengan senyum hangat dan pelukan simbolis. Keduanya kemudian mengadakan pertemuan tertutup selama hampir satu jam, dilanjutkan dengan pertukaran cendera mata dan doa bersama untuk perdamaian dunia.

Paus Leo XIV — sebelumnya dikenal sebagai Kardinal Matteo Zani dari Italia — dikenal sebagai figur progresif dengan latar belakang kuat di bidang diplomasi dan interfaith dialogue. Pertemuan dengan Zelensky memperkuat komitmennya untuk memainkan peran aktif dalam perdamaian global, terutama dalam krisis yang berdampak langsung pada kemanusiaan.

“Saya menyampaikan terima kasih kepada Yang Mulia atas dukungan spiritual dan moral kepada rakyat Ukraina,” ujar Zelensky dalam pernyataan singkat usai audiensi.


Isi Pembicaraan: Perdamaian, Bantuan Kemanusiaan, dan Rehabilitasi Psikososial

Menurut juru bicara Vatikan, diskusi antara Paus dan Zelensky mencakup berbagai topik krusial, antara lain:

  • Upaya diplomatik untuk mengakhiri konflik bersenjata di Ukraina, termasuk kemungkinan mediasi oleh pihak ketiga.

  • Dukungan logistik dan psikososial bagi jutaan warga Ukraina yang menjadi pengungsi, baik internal maupun lintas batas negara.

  • Perlindungan terhadap gereja-gereja dan situs religius di wilayah konflik yang mengalami kerusakan atau pendudukan militer.

  • Peran gereja Katolik dan lembaga-lembaga keagamaan dalam rekonsiliasi pascaperang.

Paus Leo XIV menekankan pentingnya menempatkan martabat manusia sebagai pusat dari setiap negosiasi dan keputusan politik. Ia juga menyatakan kesediaan Vatikan untuk menjadi fasilitator dialog antara pihak-pihak yang bertikai, meski hingga kini belum ada tanda-tanda konkret dari Moskow mengenai keterlibatan dalam proses tersebut.


Gestur Simbolik yang Penuh Arti

Pertemuan ini berlangsung hanya dua hari setelah Paus Leo XIV dinobatkan di Basilika Santo Petrus, dalam misa agung yang dihadiri pemimpin dunia dari berbagai agama dan negara. Banyak pengamat menilai bahwa Zelensky sengaja menjadi salah satu kepala negara pertama yang hadir untuk menekankan pentingnya dukungan moral dari dunia religius.

“Dalam budaya Katolik, audiensi dengan Paus tak hanya bernilai spiritual, tetapi juga mencerminkan legitimasi moral dari perjuangan suatu bangsa,” ujar Prof. Giuliana Ferri, pakar hubungan internasional dari Universitas Roma.

Selain bertemu dengan Paus, Zelensky juga dijadwalkan bertemu dengan Sekretaris Negara Vatikan dan perwakilan Caritas International untuk membahas distribusi bantuan kemanusiaan serta dukungan pendidikan bagi anak-anak pengungsi Ukraina di Eropa.


Reaksi Dunia: Harapan Baru atau Simbolisme Belaka?

Meski pertemuan ini bersifat simbolis, dunia menyambutnya dengan antusiasme hati-hati. Amerika Serikat, Uni Eropa, dan beberapa negara NATO menyatakan dukungan terhadap inisiatif Vatikan dalam mencari jalan damai, meski realisme geopolitik tetap membatasi ruang manuver.

Sementara itu, Rusia merespons dengan nada skeptis. Dalam siaran pers dari Kremlin, pemerintah Rusia menyebut pertemuan itu sebagai “gestur spiritual yang tidak relevan dengan realitas lapangan.” Namun, media independen Rusia melaporkan bahwa Vatikan tetap dianggap sebagai kekuatan moral yang tak dapat diabaikan.


Penutup: Pertemuan Dua Simbol Kekuatan

Pertemuan antara Paus Leo XIV dan Presiden Zelensky bukan sekadar diplomasi biasa. Ia adalah simbol pertemuan antara iman dan perjuangan, spiritualitas dan ketahanan bangsa, harapan dan kenyataan. Dalam dunia yang terkoyak konflik, kehadiran sosok religius yang menyampaikan pesan perdamaian tetap menjadi harapan — meski tampaknya kecil — untuk menyembuhkan luka yang dalam.

Kini dunia menunggu, apakah doa dan diplomasi dari Vatikan dapat menembus kabut peperangan dan membawa secercah terang di tengah gelapnya konflik yang belum berkesudahan.

sumber artikel: www.igengaming.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *